Momen Ramadhan selalu menjadi waktu yang istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia yang memiliki mayoritas penduduk beragama Islam. Selama bulan suci ini, umat Muslim menjalankan puasa dari fajar hingga matahari terbenam, serta meningkatkan ibadah dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Namun, Ramadhan tidak hanya menjadi momen yang dirayakan oleh umat Muslim saja, tetapi juga menjadi bagian penting dari kehidupan beragama bagi umat Kristiani dan agama lainnya di Indonesia.
Salah satu fenomena menarik yang sering terjadi selama bulan Ramadhan adalah “war takjil” atau berburu takjil. Takjil merupakan makanan ringan yang disantap untuk mengakhiri puasa, yang biasanya disajikan saat berbuka.
War takjil menjadi tradisi yang sangat populer di Indonesia, di mana masyarakat berbondong-bondong mencari takjil di berbagai tempat, mulai dari warung kecil di pinggir jalan hingga gerai-gerai modern di pusat perbelanjaan.
Apa yang menarik perhatian adalah tidak hanya umat Muslim yang berpuasa yang ikut serta dalam war takjil, tetapi juga umat Kristiani dan agama lainnya.
Hal ini menjadi bukti nyata akan keberagaman yang indah di Indonesia, di mana perbedaan agama tidak menjadi penghalang untuk saling menghargai dan merayakan tradisi keagamaan satu sama lain.
Pada Ramadhan tahun ini, semarak war takjil semakin terasa dengan munculnya sebuah fenomena unik yang menjadi perbincangan hangat di media sosial, yaitu “war takjil pemersatu bangsa”.
Istilah ini menjadi trending topik di berbagai platform media sosial, menggambarkan bagaimana kegiatan berburu takjil mampu menyatukan beragam lapisan masyarakat Indonesia dari berbagai latar belakang agama dan budaya.
Salah satu sosok yang turut meramaikan fenomena ini adalah seorang pendeta di Gereja Tiberias Indonesia, yakni Steve Marcel atau yang lebih dikenal dengan Marcel Saerang.
Steve Marcel bukanlah sosok asing dalam dunia sosial dan keagamaan di Indonesia. Sebagai seorang pendeta, ia memiliki peran yang sangat penting dalam memimpin jemaatnya dan menyebarkan ajaran kasih dan damai.
Video yang menampilkan Steve Marcel dalam suasana war takjil menjadi viral setelah diunggah oleh salah satu pengguna media sosial.
Dalam potongan video tersebut, Steve terlihat memberikan sambutan yang menghibur kepada jemaatnya di gereja. Dalam sambutannya, Steve menekankan pentingnya toleransi antar umat beragama, sambil menyelipkan humor mengenai partisipasinya dalam war takjil.
Menurutnya soal agama boleh toleransi, tapi soal takjil harus saingan. Tak hanya sekedar humor, dalam video tersebut Steve juga memberikan panduan praktis tentang strategi berburu takjil selama bulan Ramadhan.
Ia menyarankan agar berburu takjil dilakukan lebih awal, sebelum waktu berbuka puasa, ketika umat Muslim yang berpuasa mungkin sedang merasa lemas karena menahan lapar. “Jam 3 sore harus sudah standby,” tambah Steve sambil tersenyum.
Namun, yang menarik adalah respons positif yang datang dari berbagai kalangan, termasuk umat Muslim sendiri. Mereka tidak hanya menanggapi candaan Steve dengan tawa, tetapi juga ikut memberikan balasan dengan candaan yang sama kreatifnya.
Ada yang menyatakan akan membalas saat perayaan Paskah dengan memborong semua stok telur, sehingga umat Kristen yang merayakan Paskah hanya bisa menggunakan Kinder Joy.
Steve Marcel bukanlah hanya seorang pendeta biasa. Sebelum memasuki panggilan keagamaannya, ia memiliki latar belakang yang cukup beragam. Sebelum menjadi seorang pendeta, Steve pernah bergabung dengan sebuah boyband bernama Motion pada tahun 2012.
Motion adalah salah satu pesaing dari boyband populer SM*SH pada masa itu. Bersama dengan anggota-anggota lainnya seperti Sandy Lim, Ricky Tanliz, Keanu, Ryan Edwin, dan Stephen Wongso, Steve menjalani karir musik sebelum kemudian memilih untuk mengejar panggilan keagamaannya.
Menjadi seorang pendeta bukanlah hal yang mudah. Steve Marcel harus menghadapi berbagai tantangan dan rintangan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
Namun, semangatnya dalam menyebarkan ajaran kasih dan damai tidak pernah pudar. Bersama dengan istri tercintanya, Sherine Aldora, dan anak mereka yang masih berusia 1 tahun, Steve terus berjuang untuk menjadi teladan bagi jemaatnya dan masyarakat sekitarnya.
Keberagaman dan semangat kebersamaan yang terlihat selama momen Ramadhan ini menjadi bukti nyata bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman budaya dan agama.
Perbedaan-perbedaan tersebut bukanlah menjadi pemisah, tetapi justru menjadi sumber kekuatan bagi bangsa ini. Semangat untuk saling menghargai dan menjaga toleransi harus terus ditanamkan dan dipelihara, agar Indonesia tetap menjadi rumah bagi semua warganya, tanpa terkecuali.