Keberagaman Indonesia telah lama menjadi topik yang menarik perhatian dunia. Dengan populasi yang terdiri dari beragam suku, agama, dan budaya, Indonesia memperlihatkan harmoni yang luar biasa di antara keragaman tersebut.
Salah satu contoh nyata keharmonisan ini ditunjukkan oleh Sinta Nuriyah, istri dari Presiden Indonesia keempat, Abdurrahman Wahid, yang lebih dikenal sebagai Gus Dur.
Pada sebuah kegiatan buka puasa bersama atau bukber, Sinta Nuriyah mengundang umat lintas agama, kaum marjinal, dan difabel untuk bergabung dengannya. Lokasi bukber kali ini tak biasa, digelar di Kompleks Gereja Santa Maria Bunda Penasihat Baik Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Tindakan ini tidak hanya menunjukkan semangat kerukunan antaragama, tetapi juga semangat inklusi terhadap mereka yang mungkin seringkali terpinggirkan dalam masyarakat.
Menurut Sinta Nuriyah, bukber lintas agama ini adalah sebuah representasi nyata dari keberagaman suku dan agama yang ada di Indonesia. Ia merasa sangat bahagia melihat beragamnya peserta yang hadir, seolah-olah memandang miniatur Indonesia yang indah.
Acara ini tidak hanya menjadi tempat berkumpulnya berbagai suku dan agama, tetapi juga menjadi wadah bagi toleransi dan penghargaan antar sesama.
Sinta Nuriyah juga berbagi pandangannya tentang makna puasa dalam Islam. Menurutnya, puasa tidak sekadar sebagai kewajiban tahunan umat Islam, tetapi juga sebagai kesempatan untuk meningkatkan kebaikan dalam diri.
Puasa bukan hanya soal menahan lapar dan haus, tetapi juga soal mengendalikan diri dari segala bentuk keserakahan dan kejahatan.
Dalam pandangan Sinta, puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan hanya berfokus pada aspek formalistik akan kehilangan nilai-nilai spiritualnya.
Oleh karena itu, ia mendorong umat Islam untuk menjalankan puasa dengan semangat revolusioner, yaitu dengan mengubah diri menjadi lebih baik dan memperluas kebaikan kepada sesama.
Pendeta Gereja Paroki Santa Maria Bunda Penasihat Baik Wates, Romo Aloysius Budi Purnomo, menyambut baik acara ini sebagai wujud nyata dari kolaborasi antara gereja dan program Safari Ramadhan yang diinisiasi oleh Sinta Nuriyah.
Menurut Romo Aloysius, kegiatan ini telah menjadi momen tahunan yang dinanti-nanti oleh banyak orang, karena bukan hanya sebagai sarana berbuka puasa bersama, tetapi juga sebagai ajang memperkuat kerjasama lintas agama dan budaya.
Dalam penyelenggaraan Safari Ramadhan ini, Sinta Nuriyah mempercayakan sepenuhnya kepada Romo Aloysius sebagai koordinator acara. Hal ini menunjukkan kepercayaan Sinta terhadap komitmen dan dedikasi Romo Aloysius dalam menjaga kerukunan dan kebersamaan antarumat beragama.
Acara buka puasa bersama lintas agama yang diinisiasi oleh Sinta Nuriyah bukanlah sekadar sebuah kegiatan rutin tahunan, tetapi juga sebuah perwujudan nyata dari semangat Bhinneka Tunggal Ika, motto yang dipegang teguh oleh bangsa Indonesia.
Dalam keragaman, terdapat kekuatan, dan dengan memelihara kerukunan antarsuku, antaragama, dan antarbudaya, Indonesia akan terus menjadi teladan bagi dunia dalam membangun harmoni sosial.